Cara Budidaya Udang Vannamei Tradisional Dengan Benar dan baik. Dalam pemeliharaan udang pola tradisional hal yang sangat perlu diperhatikan adalah ketersediaan algae-plankton- dalam tambak. Ketersediaan algae yang cukup atau sesuaikan dengan kebutuhan.
Dengan demikian akan menjamin ketersedian pakan alami bagi udang dan ikan. Dan juga dapat mempertahankan kondisi kimiawi air yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan udang dan ikan.
Kepadatan algae yang rendah atau terlalu tinggi dalam air tambak akan berdampak langsung pada perubahan pH air yang tajam antara siang dan malam, yang mana akan mempengaruhi tingkat stress udang dan selanjutnya mengakibatkan udang mudah terserang penyakit.
Pengontrolan kepadatan algae dengan cara mudah dan murah dilakukan dengan menggunakan seci disk – (cakram bundar dicat hitam putih berselang seling yang diberi tongkat dengan skala dalam cm dari cakram ke ujung yang lain). Kepadatan algae yang baik adalah jika cakram masih dapat terlihat jelas pada kedalaman 35-45 cm dari permukaan air.
Daftar Isi Konten
Persiapan Tambak Untuk Budidaya Udang Vannamei
Dalam Cara Budidaya Udang Vannamei Tradisional dengan persiapan tambak yang akan diisi dengan udang vannamei ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain sebagai berikut:
- Jika memungkinkan, tambak dikeringkan hingga dasar. Jangan membiarkan penumpukan lumut dan lumpur dari siklus sebelumnya tetap ada sampai siklus berikutnya
- Jika pH dasar tambak lebih rendah dari 6, gunakan kapur pertanian sebanyak 840 kg per Ha.
- Jika anda tidak dapat mengeringkan tambak, gunakan pupuk dasar nitrat sebanyak 15 gr/m2 untuk daerah yang berair dan mengandung bahan organic. Segera sebelum mengisi tambak, gunakan kapur bakar pada area yang sama sebagai desinfektan.
- Pastikan semua hewan menetap di tambak dari siklus sebelumnya basmi sebab mereka dapat menjadi pesaing bagi udang dalam memperoleh pakan alami.
Baca Juga : Cara Persiapan Tambak Untuk Udang Vannamei
1. Pemupukan
Sebelum tambak diisi air, tambak sebaiknya diberi pupuk organic dan anorganic. Pupuk harus disebarkan secara merata pada dasar tambak dengan dosis sebagai berikut :
– Wajib
- Pupuk organic 150 – 200 kg / ha
- Pupuk anorganic sebagai sumber nitrogen 25 – 50 kg /ha
– Pilihan
- Pupuk pospahat 20:1 (N:P)
- Silikat 10 kg/ha
Dengan adanya range dosis, memberi anda keleluasaan menentukan dosis berdasarkan perubahan cuaca dan kondisi air dan juga tergantung kepada jenis pupuk apa yang digunakan.
Pupuk organik dapat berupa tepung kedelai, tepung gandum, dedak, kulit padi, jagung dan sejenisnya, biji kapas, atau pupuk kompos yang dijual dan kotoran hewan.
Pupuk organik disebarkan secara merata di permukaan dasar tambak. Untuk memudahkan udang dan plankton mendapatkan pupuk secara lansung. Jika ditakutkan terjadi akumulasi bahan organik, misalnya selulosa atau komponen yang tidak tercerna di dasar tambak.
Anda juga dapat mengaduk dengan tongkat yang terbuat dari kayu. Dengan cara ini hanya komponen organik dari pupuk yang dimasukkan ke dalam tambak. (cara ini tidak direkomendir).
Sumber paling bagus untuk pupuk anorganic adalah pupuk Ammonium Nitrat, Urea, Calcium Nitrat, atau Diammonium Phosphat (DAP). Jika anda memilih untuk memberikan pupuk silikat (jika kandungan silikat air tambak lebih kecil 2 ppm) gunakan larutan Sodium Metasilikat, sebelumnya dilarutkan dalam air tawar sebelum diaplikasikan ke dalam tambak.
Kotoran ayam dan kotoran sapi dapat digunakan sebagai pupuk organik, Tetapi kotoran ayam merupapkan pupuk organik yang sangat baik (cari kotoran ayam yang bebas pestisida). Jika menggunakan kotoran ayam maka dosis yang disarankan sebanyak 1.000 – 2.000 kg/ha.
Isi tambak dengan air 20 – 40 cm. Untuk mempertahankan agar tambak tidak mengalami perubahan yang drastis, sangat baik apabila kedalaman air dipertahankan 1 – 1.5 mtr.
2. Sechi Disk
Kepadatan algae diukur dengan mencelup seci dish ke dalam air tambak dan melihat skala senti pada tongkat serta dicatat. Perbaikan kepadatan algae tambak harus dilakukan jika pembacaan sechi dish di atas 45 cm atau di bawah 35 cm. Ketika pembacaan diatas 45 cm, perlu ditambahkan pupuk.
Jika pembacaan sechi dish dibawah 35 cm, pupuk jangan ditambahkan meskipun saat itu, jadwal pemberian pupuk. Pengantian air juga mungkin diperlukan untuk menurunkan kepadatan algae.
3. Kontrol Algae
1. Penggantian Air
Karena banyak tambak tradisional tergantung kepada air pasang sehingga tidak selalu mudah untuk mengganti air guna menekan kepadatan algae, namun demikian, penggantian air penting. Ketika memungkinkan untuk membuang air penambahan air harus dilakukan sebagai upaya mempertahankan populasi algae pada batasan yang optimum.
Ketika algae di tambak meningkat , dan pembacaan sechi dish jatuh di bawah 35 cm, penggantian air harus segera dilakukan jika pembacaan antara 25 – 35 cm penggantian air dibutuhkan 5 – 10 %. Jika pembacaan antara 15 – 25 cm, penggantian air dibutuhkan 20 – 30 %.
Jika konsentrasi phospat dalam air di sekitar pintu air tambak lebih rendah dari 0.2 ppm, maka posphat perlu dimasukkan sebagai sumber phosphor dalam bentuk pupuk buatan. Ketika hal ini terjadi, ditambahkan 20 – 25 kg pupuk dasar Nitrogen.
Tambahkan pupuk dasar pospat dengan perbandingan 20 bagian nitrogen dan satu bagian pospor. Sebagai contoh, 30 kg/ha Ammonium Nitrat plus 1,5 kg pupuk dasar posphat. Karena perbandingan N:P yang akan bervariasi sesuai dengan jenis pupuk yang anda gunakan.
Diperlukan uji coba untuk menentukan pilihan terbaik dalam memilih jenis pupuk. Secara umum jika menggunakan pupuk pospor, disarankan untuk ditambahkan pada wadah pengisian air. (jika penyebaran pupuk pospor langsung pada dasar tambak yang kering sebagian akan hilang membentuk senyawa kimia dengan partikel tanah.
Mungkin Anda juga tertarik melihat/membaca Budidaya Udang Secara Tradisional? klik di https://www.bloggermyid.com/2016/07/budidaya-udang-secara-tradisional.html
2. Kontrol Pupuk
Pengontrolan algae terutama dilakukan dengan cara pengaturan pemupukan. Pemupukan dibutuhkan untuk meningkatkan konsentrasi algae di tambak. Sebagian besar tambak tradisional menerapkan aturan baku pemupukan secara berkala.
Selama masa pemeliharaan tanpa mempertimbangkan kepadatan algae tambak atau kondisi lingkungan.Namun pemberian pupuk tanpa memperhatikan kepadatan algae dan keadaan cuaca malah dapat berakibat buruk pada ikan dan udang.
3. Ca(OH)2 atau CaO
Ketika penggantian air tidak memungkinkan dan penghentian pemberian pupuk tidak menekan pertumbuhan kepadatan algae, Calcium Hidroksida (kapur bakar) atau calsium sulfat, dapat digunakan untuk menurunkan populasi algae yang sedang bertumbuh melewati batas yang dibutuhkan.
Dolomit (Kapur Pertanian). Dolomit berbeda dengan kapur bakar. Kapur ini tidak menyebabkan perubahan pH tambak secara mendadak dan tidak akan menaikkan pH diatas 8.3.
Baca Juga : Tips Kiat Udang Vannamei
Tentang Penyakit, Cara Budidaya Udang Vannamei Tradisional
1. Gunakan Benur SPF Atau Benur Bebas Penyakit
Sekarang, penggunaan bibit vannamei SPF bebas penyakit sudah dimungkinkan untuk budidaya. Ini memberikan keuntungan kepada petambak apabila mengunakan Benur vannamaei yang SPF dibandingkan dengan menggunkan benur udang windu yang belum mampu SPF.
Sebagai tambahan bibit vannamei, telah dipelihara secara selective untuk tahan terhadap penyakit tertentu. Seperti TSV (Taura Syndrom Virus) yang tidak dijumpai pada Benur windu.
2. Merawat Kesehaan Lingkungan Air Dan Pematang Tambak
Cara terbaik untuk menghindari penyakit adalah tetap menjaga kesehatan lingkungan (air dan pematang) tambak dan sebisa mungkin mempertahankan kestabilan air. Ketika kondisi air tambak memburuk, seperti DO rendah, perubahan pH yang ekstrim antara siang dan malam hari, sering membuat udang menjadi lemah dan mudah terkena penyakit dari lingkungan tambak.
Pemeliharaan kesehatan lingkungan tambak akan menekan resiko inveksi virus dan bakteri di tambak dan di lingkungan tambak pada umumnya.
3. Zonasi Resiko, Pembagian Wilayah Resiko
Suatu denah (peta) diperlukan untuk menggambarkan perbedaan tingkat resiko area tambak. Area yang berbatasan langsung dengan pantai atau badan air seperti sungai, saluran air, merupakan area yang sangat mudah masuki oleh hewan pembawah penyakit udang seperti kepiting dan crustacea (udang-udangan) lainnya area ini ditandai sebagai daerah merah.
Tambak setelah area ini atau di tengah hamparan ditandai sebagai daerah kuning dan tambak yang terjauh dari potensi penyebab penyakit ditandai sebagai daerah hijau. Jika mungkin, pagar harus ditempatkan sepanjang daerah perbatasan badan air, untuk mencegah pembawa penyakit dapat memasuki lahan tambak.
Penebaran bibit harusnya selalu dimulai dari tambak area hijau diikiuti tambak zona kuning dan terakhir pada tambak zona merah. Dengan cara ini tambak yang pertama ditebari akan menghasilkan panen yang lebih baik sebelum persoalan penyakit muncul.
Petambak yang berpengalaman, harus mengerti tambak di area merah dan semua perlengkapan yang diigunakan bersama di tambak seperti jala harus di rendam dengan klorin atau virkon sebelum digunakan pada tambak lain untuk menekan penyebaran penyakit di antara tambak.
Pengisian Air Awal Pada Tambak
Selama pengisian air awal kedalam tambak, pupuk organik harus ditebarkan untuk menstimulasi pertumbuhan phytoplankton.
– Wajib
- Pupuk organic 25-50 kg/ha disebarkan setiap 3 hari untuk 4 kali penebaran
– Pilihan
- Pupuk N 4-6 kg/ha, disebarkan tiap hari sampai target seci disk tercapai
- Pupuk Phospat 0,7 – 1,0 kg/ha disebarkan tiap hari sampai target seci disk tercapai
- Silicat 10 kg/ha, dua kali selama pengisian , sampai kepadatan diatomae tercapai
Penebaran pupuk organik dilakukan tiap tiga hari tanpa memperhatikan warna atau kepadatan algae di air tambak. Penggunaan pupuk anorganik harus diteruskan sampai target kepadatan algae (seci disk 45 cm ) tercapai. Jika kedalaman seci disk bertambah lebih bening. Sebarkan lagi pupuk anorganik hingga kecerahan air turun sekitar 45 cm.
Selain Cara Budidaya Udang Vannamei Tradisional yang telah disebutkan silahkan baca juga mengenai Cara bertambak udang vannamei yang baik di halaman lainnya. Atau di – https://www.bloggermyid.com/2016/05/cara-bertambak-budidaya-udang-vannamei-yang-baik.html
5 Komentar
Dilakukan setelah 5 hari dilakukan pemupukan dasar.Atau bisa juga baca selengkapnya di — https://www.bloggermyid.com/2016/07/budidaya-udang-secara-tradisional.html
berapa hari setelah pemupukan bisa kita tebarkan benih
Asslamualaikum, algae yg di butuhkan sperti apa yah.. Mhon gambarnya klw ada, atau nama algaenya.
Amin. Terima kasih kembali atas kunjungan dan waktunya untuk membaca di halaman ini.
Terimakasih sudah berbagi info yang bermanfaat, semoga semakin sukses