Kegiatan budidaya dengan cara penggemukan kepiting bakau yang dilakukan oleh pelaku utama saat ini adalah bersifat tradisional yang menunjukkan gejala produksi dari tahun ketahun semakin menurun, hal tersebut berdampak pada penurunan pendapatan pelaku utama pembudidaya.
Selain hal tersebut diatas permasalahan yang dihadapi pelaku utama adalah rendahnya harga kepiting hasil budidaya di tambak yang disebabkan oleh kualitas produk yang tidak memenuhi standar pasar eksport atau kepiting yang tidak pull telur pada betina dan kepiting yang masih keropos pada janta.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui difersifikasi usaha budidaya kepiting bakau yaitu dengan Penggemukan Kepiting Bakau. Kegiatan ini relatif lebih mudah dan cepat menghasilkan.
Kegiatan budidaya ini sangat cocok dilakukan kerena dapat memanfaatkan lahan tambak tanpa mengganggu usaha pembesaran karena hanya memanfaatkan sedikit lahan.
Dengan demikian Penyuluh Kelautan dan Perikanan sebagai pengantar teknologi ke pelaku utama harus memberikan contoh Penggemukan Kepiting Bakau dengan teknologi yang lebih baik.
Dengan demikian mari lanjutkan membaca mengenai beberapa kondisi lapangan dan beberapa analisa masalah serta rencana kegiatan penggemukan kepiting bakau di berbagai daerah Nusantara.
Salah satunya yaitu wilayah Provinsi Sulawesi Selatan di Kabupaten Bone yang mempunyai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan berbagai kegiatan budidaya.
Untuk berbagai sumber dan potensi yang ada kita akan bahas lebih lengkap. Oia sebelum lebih jauh, alangkah baiknya baca postingan lainnya mengenai analisa peluang pasar budidaya kepiting bakau pada halaman lainnya. Berikut beberapa potensi dan sumberdaya lainnya.
Daftar Isi Konten
Sumberdaya Alam
Kecamatan Cenrana memiliki potensi tambak denga luas areal ± 3.158,74 ha yang tersebar di 12 Desa, areal tersebut umumnya digunakan sebagai areal budidaya kepiting bakau yang dikelola secara tradisional dengan sistem polykultur antara ikan bandeng dan udang.
Dalam budidaya kepiting di tambak memerlukan air payau yang cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Sumber air di Kecamatan Cenrana khususnya Desa Pallae berasal dari sungai Cenrana.
Dimana sumber air tawarnya beasal dari hasil buangan dari beberapa kabupaten yang berada di sekitar danau tempe dan bermuara di desa Pusunge, Laoni dan Cakkeware.
Pada kondisi cuaca yang normal parameter kualtas air pada perairan di Desa Pallae yaitu berada pada kisaran 12 – 25 ‰, Menurut Ghufron (1997) salinitas yang optimal untuk kepiting bakau adalah 15 – 30 ‰.
Jika dilihat kondisi salinitas perairan di Desa Pallae termasuk rendah namun jenis kepiting bakau yang dominan adalah kepiting bakau merah tergolong jenis kepiting yang cocok pada kondisi salinitas yang agak rendan dibanding dengan jenis kepiting bakau lainnya.
pH air yang umum di Kec. Cenrana 7 – 8 menurut Guratno (1993) dalam Hartina (1998) kisaran optimal untuk budidaya kepiting bakau adalah 6,5 – 8,5. Suhu perairan rata-rata yaitu 25 – 320C, menurut Gufron (1997) dan Hartina (1998) mengemukakan bahwa untuk budidaya kepiting dan di tambak suhu yang cocok adalah 23 – 320C.
pH tanah rata-rata yaitu 6 – 7,5, sedangkan menurut Ghufron (1997) bahawa tanah yang baik untuk dijadikan lahan tambak mempunyai pH kurang lebih 6,5 – 8,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat diatasi dengan jalan reklamasi (pencucian), atau dengan melakukan pengapuran.
Sumberdaya Manusia
Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Kecamatan Cenrana yang melakukan kegiatan budidaya di tambak yaitu 1.361. Tingkat pendidikan rata-rata tamat SD atau sederajad. Memiliki kemampuan yang diperoleh dari hasil pengalaman petani lainnya dan bimbingan dari Penyuluh Kelautan dan Perikanan. Pengalaman berusaha rata-rata 5 tahun keatas, dan berusia 25 – 60 tahun.
Menurut Wiraatmatja (1996) tahapan suatu proses adopsi sasaran, petani terhadap inovasi teknologi. Maka petani yang ada termasuk dalam golongan pengetrap akhir, dimana usianya ada yang mencapai 45 tahun keatas.
Keadaannya kurang mampu, dalam menerapkan hal-hal baru sifatnya kurang giat. Akan tetapi jika mendapat suatu keyakinan dan dipengaruhi oleh suatu contoh yang berhasil maka mereka akan mengikuti dan melaksanakan anjuran tersebut.
Tingkat Penerapan Teknologi
Kegiatan budidaya di tambak yang dilakukan di Kecamartan Cenrana rata-rata menerapkan teknologi secara polykultur dan bersifat tradisional. Hal ini dipicu karena kegiatan budidaya udang selama ini banyak mengalami kegagalan akibat dari serangan penyakit.
Sehingga pelaku utama bayak yang beralih ke pemeliharaan secara polykultur antara kepiting bakau dan ikan bandeng maupun udang.
Untuk kegiatan penggemukan kepiting bakau di Desa Pallae sudah dilakukan oleh beberapa pelaku utama namun demikian tingkat penerapan teknologi yang diterapkan masih perlu ditingkatkan.
Pemasaran Dan Kondisi Pasar
Pemasaran dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan lokal di Sulawesi Selatan dimana selama ini sangat banyak permintaan untuk konsumsi terutama pada restoran atau rumah makan.
Untuk tujuan eksport dapat dipasarkan melalui pengfepul yang ada di lokasi yang selama ini membutuhkan stok produksi yang cukup menjanjikan dan belum tepenuhi kebutuhannya.
Analisis Masalah Cara Penggemukan Kepiting Bakau
Untuk keberhasilan kegiatan ini diperlukan langkah untuk mengatasi berbagai masalah yang kemungkinan akan dihadapi. Ketepatan waktu pemeliharaan sangat diperlukan. Hal ini perlu disesuaikan dengan kondisi wilayah yang optimal untuk kegiatan penggemukan kepiting bakau.
Jika waktu tidak diperhatikan maka kemungkinan terjadinya perubahan situasi yang tidak mendukung kegiatan budidaya yang dilakukan, sehingga tujuan dari kegiatan ini tidak tercapai.
Baca Juga : Cara Budidaya Rumput Laut Dan Analisa Peluang Pasar
Pesiapan yang benar sangat menentukan keberhasilan, dan persiapan yang terburu-buru potensi untuk mengalami kerugian. Beberapa hal yang diperlukan dalam persiapan Penggemukan Kepiting Bakau untuk meminimalsir masalah yang ditemui adalah dengan Pembuatan Konstruksi Karamba, Pemasangan Karamba, Pemberian Pakan dan Seleksi saat panen.
Sebelum penebaran dilakukan faktor yang sangat penting adalah penempatan, dan pemasangan karamba ditambak karena bila tidak tepat dapat menyebabkan kerugian.
Proses pemeliharaan walaupun relatif singkat tapi perlu ketelitian terutama dalam hal pembrian pakan dan kebersihan wadah yang digunakan. Kekurangan pakan dapat menyebabkan kanibalisme.
Seleksi waktu panen menentukan kualitas kepiting , dan Pasca Panen juga menentukan baik atau buruknya kualitas hingga kekonsumen.
Perencanaan Kegiatan Cara Penggemukan Kepiting Bakau
Dalam perencanaan kegiatan yang dapat dan akan dilaksanakan dalam penggemukan kepiting bakau adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Wadah
Untuk persiapan wadah ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Pembuatan Karamba
Kegiatan pembuatan karamba dengan menggunakan bahan yang murah dan mudah didapat berupa bilah bambu dan tiang/rangka dari balok kayu
2. Pemasangan Karamba
Cara pemasangan karamba untuk penggemukan kepting bakau dapat dilakukan dengan dua cara yaitu permanen dengan jalan bilah bambu bagian bawah ditanam di dasar tambak dan tidak permanen yaitu berbentuk kurungan segi empat yang dapat dipindah-pindah.
b. Penebaran Bibit Kepiting Bakau
Ukuran Kepiting yang akan di tebar yang memenuhi ukuran eksport yaitu minimal memiliki bobot tubuh 200 gram, dan kepadatan disesuaikan dengan ukuran karamba yang telah disediakan yaitu untuk ukuran 2 x 1 x 1 meter akan ditebari kepiting sebanyak 100 ekor.
Baca Juga : Cara Budidaya Rumput Laut Dengan Berbagai Metode
c. Pemeliharaan Budidaya Kepiting Bakau
Dalam pemeliharaan kepiting bakau ada beberapa yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Pemberian Pakan
Pemberian pakan akan dilakukan 1 – 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan dosis 5 – 10 % dari perkiraan berat total kepiting yang dipelihara atau dengan jalan melihat kondisi pakan yang diberikan apabila pakan yang diberikan banyak sisa maka jumlah pakan dikurangi.
Jenis pakan yang akan digunakan berupa ikan rucah dan kepiting non ekonomis (ketam) yang biasanya dapat didapatkan disekitar lokasi tambak. Pakan ikan rucah dipotong kecil-kecil sehingga dapat merata.
2. Pengontrolan
Selama pemeliharaan dilakukan pengontrolan secara intesif. Pengontrolan juga dilakukan dengan melihat kondisi keramba atau tempat pemeliharaan dan kondisi kepiting.
Pengotrolan akan dilakukan dengan melewati jembatan atau titian yang telah disediakan. Jika kondisi karamba kotor sebaiknya dilakukan pembersihan untuk menghindari terjadinya serangan penyakit dll.
d. Pemanenan Kepiting Bakau
Dalam tahap panen akan dilakukan setelah pemeliharaan berlangsung selama 5 – 10 hari. Pemanenan dilakukan secara selektif kepiting yang belum memenuhi standar akan dipelihara kembali dalam karamba. Panen dilakukan dengan menggunakan seser.
e. Penanganan Pascapanen Kepiting Bakau
Dalam proses pasca panen ini adalah kepiting yang telah dipanen diikat dengan menggunakan pucuk daun nipah yang umum digunakan pelaku utama dilokasi pertambakan.
Baca Juga : Cara Pengelolaan Kesehatan Udang Ramah Lingkungan
f. Pemasaran Budidaya Kepiting Bakau
Pemasaran produksi penggemukan yaitu umumnya langsung pada pengepul yang telah ada di lokasi dan hanya sebagian kecil untuk konsumen lokal.
g. Analisa Usaha Budidaya Penggemukan Kepiting Bakau
Analisa Usaha kegiatan yang berkaitan Penggemukan Kepiting Bakau atau Unit Karamba. Berikut tabel yang bisa dijadikan sebagai acuan perhitungan yang terendah ataupun sebaliknya.
No. | Uraian Kegiatan | Banyaknya | Jumlah (Rp.) |
---|---|---|---|
I | Biaya | ||
A | Biaya Tetap | ||
1. | Sewa tanah 10 hari | 10 m2 | 50.000 |
2. | Penyusutan Alat | ||
– Keramba ( JUE 1 ) | 1 Unit | 34.425 | |
– Keranjang | 1 Unit | 3.937 | |
– Seser | 1 Unit | 1.125 | |
3. | Tenaga Kerja | 1 Orang | 100.000 |
Jumlah | 189.487 | ||
4. | Bunga Modal (15 % ) | 852 | |
Jumlah Biaya Tetap | 185.339 | ||
B | Biaya Tidak Tetap | ||
1. | Sarana Produksi | ||
– Kepiting | 100 Ekor | 900.000 | |
– Pakan | 10 Kg | 150.000 | |
2. | Tenaga Kerja | 1 Orang | 100.000 |
Jumlah | 1.150.000 | ||
3. | Bunga Modal (15 %) | 5.175 | |
Jumlah Biaya Tetap | 1.155.175 | ||
C | Total Biaya ( A + B ) | 1.340.514 | |
II | Penerimaan | 20 Kg | 1.800.000 |
III | Pendapatan ( II-C ) | 459.486 | |
IV | R/C Racio ( II : C ) | 1,34 |
Sedangkan rencana anggaran atau biaya untuk 10 unit keramba dengan cara penggemukan kepiting bakau kurang lebih sebagai berikut.
Komponen Biaya | Banyaknya | Satuan | Harga Satuan (Rp.) | Jumlah (Rp.) |
---|---|---|---|---|
Balok Kayu 3x5x500 cm | 100 | batang | 75.000 | 7.500.000 |
Bambu | 200 | batang | 30.000 | 6.000.000 |
Paku 3 cm | 20 | kg | 20.000 | 400.000 |
Paku Putih 7 cm | 20 | kg | 40.000 | 800.000 |
Keranjang Pelastik | 10 | unit | 170.000 | 1.700.000 |
Seser | 10 | unit | 50.000 | 500.000 |
Tali nilon no.4 | 10 | roll | 60.000 | 600.000 |
Kepiting BS | 1.000 | ekor | 9.000 | 9.000.000 |
Pakan Ikan Rucah | 100 | kg | 15.000 | 1.500.000 |
Tenaga Kerja | 10 | orang | 2.000.000 | |
Total : | 30.000.000 |
Itulah beberapa analisa usaha budidaya cara penggemukan kepiting bakau yang dijadikan acuan dasar. Namun jika masih ada yang mau ditambahkan silahkan tambah pada kolom komentar, baik itu berupa saran, masukan dan kritikannya.
Demikan potingan pada kesempatan kali ini dan semoga bisa membantu serta bisa bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Amin